Takut Sosok Ahok Hilang, Ridwan Kamil Tak Ikut Pilgub DKI

Temperatur politik Jakartasepertinya makin panas walaupun Pemilihan Gubernur DKI Jakarta masih tahun depan. Tak cuma partai, relawan, ormas hingga individual sibuk merancang strategi untuk melawan petahana Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, yang memastikan bakal maju kembali.

Beberapa bulan ini, skema pertarungan mulai terasa saat sejumlah nama muncul ke publik. Mereka orang-orang beken yang soal popularitasnya tak perlu diragukan.

Antara lain, Ridwan Kamil, Yusril Ihza Mahendra, Sandiaga Uno, Ahmad Dhani dan masih banyak lagi. Meski nama-nama itu masih dalam proses penjaringan, namun sejumlah survei pilgub ikut mempertimbangkan mereka.

Sebulan lalu, lembaga survei Centre for Strategic and International Studies CSIS merilis hasil jajak pendapat mereka tentang sosok Pilgub DKI. Hasilnya, nama Risma justru lebih disukai dibanding Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama alias Ahok. Dalam surveinya, 85,54 persen responden menyebut sosok Risma paling disukai. Ahok justru di peringkat ketiga atau di bawah Ridwan Kamil yang bercokol di posisi kedua.

"Peringkat pertama (sosok disukai) Risma, kedua Ridwan Kamil 85,02 persen, dan peringkat ketiga Ahok 71,39 persen," kata Peneliti CSIS Arya Fernandes.

Hasil survei itu ternyata sempat membuat Ahok, sapaan Basuki, ketar ketir. Bukan kali pertama nama Ridwan Kamil menempel dirinya soal elektabilitas dan popularitas.

Ahok mengatakan biasanya kepala daerah yang terbilang sukses di daerahnya berpotensi meraih sukses pula di daerah lain. Semisal Presiden Joko Widodo dari Solo menuju Jakarta.

"Enggak lah, dia ( Ridwan Kamil) bisa saja ngalahin saya. bisa saja," kata Ahok di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (26/1).

Dia menyebut bahwa pemilihan kepala daerah di Jakarta sangat berbeda dengan daerah lain. Karena persaingan sangat ketat, maka seseorang yang berniat menjadi DKI 1 harus mengumpulkan minimal 50 persen plus satu suara.

"Enggak lah, Jakarta beda dengan daerah lain, kalau daerah lain kamu sudah paling tinggi, kamu menang. Kalau Jakarta kan harus 50 persen plus satu," jelas mantan politisi Gerindra ini.

Kala itu, Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil, belum memberikan keputusannya. Dia juga tak pernah menanggapi serius saat ditanya soal keinginan menjadi gubernur DKI.

"Saya saat ini sedang istikharah. Di sini (Bandung) saya amanat. Di sana (di Jakarta) saya diminta-minta. Nah, yang minta-minta saya, di sini saya dengarkan dulu, meneliti. Tabbayun istilahnya mah," kata pria yang belakangan kerap pakai peci itu.

Dia berjanji akan bersikap Maret nanti. Meskipun banyak partai menyatakan siap mendukungnya.

Jawaban mengambang Emil saat itu semakin membuat Ahok gusar. Berkali-kali dia menyatakan bakal kalah jika di pilgub nanti harus melawan Emil. Bahkan dipertemuan terakhir Ahok dan Emil, pekan lalu hal yang sama kembali diutarakannya.

"Saya enggak tahu, bisa juga sinyal dia (Emil) mau maju. (Terancam) enggak sih aku biasa-biasa saja, aku sih senang kalau teman-teman maju, bagus. Gue cuma doa, gue nyaris kalah saja kalau lu maju. Aku bilang gitu, kalau elu maju, gue nyaris kalah sama lu enggak apa-apa lah," kata dia.

Dia mengharapkan jika Kang Emil maju, calon Gubernur DKI Jakarta akan bersaing secara sehat. Dia meminta tak ada perselisihan jika Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) menyatakan menang dan kalah.

"Pengen bersaing sehat (dengan Emil),kalau beliau maju ya saya paling nyaris kalah saja lah," kata dia.

Namun, lebih cepat dari yang diperkirakan Emil sudah bersikap soal Pilgub DKI. Pada Senin (29/2) kemarin, dia menegaskan tak ikut Pilgub DKI dan ingin fokus di Bandung sampai masa jabatannya habis.

Banyak hal yang membuat dirinya menolak. Alasan drama karena keluarga dan saran ibunda.

"Saya maju ke Jakarta tapi tidak sekarang. Saya tidak akan maju Calon Gub DKI 2017. Tugas saya belum selesai di periode pertama," terangnya yang mengenakan kemeja putih plus berpeci.

"Saya mohon maaf. Silakan bertarung adil semuanya," ungkapnya.

Pernyataan Emil sangat ditunggu semua pihak termasuk Ahok. Setelah mendengar pernyataan itu, Ahok mengapresiasi sikap Emil yang memilih menuntaskan amanah menjadi wali kota Bandung.

Sebagai teman yang baik, Ahok memahami alasan Kang Emil untuk tidak maju menjadi cagub dan memilih fokus pada Bandung.

Selain pertimbangan warga Bandung, katanya, Kang Emil tidak ingin merebut dan menginginkan Ahok kembali melanjutkan programnya untuk Jakarta.

"Ya saya pikir saya bisa ngerti ya, kenapa Pak Ridwan Kamil buat fokuskan di Bandung. Nah kita, ya memang banyak pertimbangan juga. Kan kita temen baik sama dia. Dia juga enggak pengen salah satu hilang. Kita kan mesti sama-sama sebagai temen untuk berjuang bersama untuk Indonesia lah," kata Ahok di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (29/2).

Ahok menilai, keputusan yang diambil Kang Emil dapat menjadi contoh bagi kepala-kepala daerah lain untuk pembelajaran. Pelajaran yang dimaksud adalah melanjutkan kembali janji, visi misi serta program untuk membangun kota yang dipimpinnya.

"Saya kira itu keputusan yang beliau ambil, dia pengen fokus di Jabar, Bandung khususnya. Kita jadi kota bisa saling belajar. Kota-kota penting kan, tentu Jakarta, Surabaya, Semarang, ada Bandung. Nah tentu kita harapkan kota-kota ini bisa saling belajar," tegasnya.

Dengan mundurnya Emil,benarkah Ahok tak punya lawan berat di Pilgub DKI nanti? Yang jelas Ahok bisa sedikit lega karena satu kandidat yang cukup diperhitungkan di Pilgub DKI nanti sudah menyatakan mundur.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Takut Sosok Ahok Hilang, Ridwan Kamil Tak Ikut Pilgub DKI"

Posting Komentar